5 Hikmah Mengapa Al-Quran Diturunkan Secara Bertahap

5 Hikmah Mengapa Al-Quran Diturunkan Secara Bertahap

Telah mafhum di kalangan umat Islam, bahwa Al-Qur’an diturunkan secara bertahap selama 23 tahun. Tiga belas tahun di Mekkah, dan sepuluh tahun ketika Rasulullah di Madinah. Proses turunnya Al-Quran ini berbeda dengan tiga kitab sebelumnya; Zabur, Taurat, dan Injil, yang diturunkan sekaligus dalam satu waktu.

Ternyata, turunnya Al-Quran secara bertahap bukan tanpa hikmah. Ada beberapa hal tersembunyi yang dapat kita petik dari fenomena ini.

Berikut 5 hikmah mengapa Al-Quran diturunkan secara bertahap. Ringkasan ini diambil dari buku Syaikh Manna Al-Qaththan bertajuk Mabahits fil Ulumil Qur’an.

1. Meneguhkan hati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Di tengah aktivitas berdakwah kepada manusia, Rasulullah senantiasa mengalami gangguan dan cobaan. Bahkan termasuk cacian, timpukan batu, hingga ancaman pembunuhan beliau rasakan. Sehingga Allah sampai menurunkan surat cinta-Nya,

“Maka barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).” (Qs. Al-Kahfi: 6)

Wahyu turun kepada Rasulullah dari waktu ke waktu sehingga dapat meneguhkan hatinya terhadap kebenaran. Sekaligus memperkokoh azamnya untuk tetap melangkahkan kaki di jalan dakwah. Tidak peduli segala perilaku jahil orang-orang yang memusuhi beliau.

Telah menjadi sunnah illahi bahwa perjalanan Nabi sepanjang sejarah tidak pernah mulus. Akan selalu ada penolakan dan pengingkaran (Lihat Qs. Ali Imran: 184 dan Al-An’am: 33-34).

Oleh sebab itu, Rasulullah diminta bersabar dan tenang menghadapi itu semua.

“Dan kisah-kisah rasul itu Kami ceritakan kepadamu, agar dengannya Kami dapat meneguhkan hatimu.” (Qs. Hud: 120)

“Maka bersabarlah kamu seperti bersabarnya para rasul yang memiliki ulul azmi.” (Qs. Al-Ahqaf: 35)

Demikianlah ayat-ayat Al-Quran itu turun kepada Rasulullah sebagai penghibur dan pendukung beliau. Setiap kali beliau dirundung kesedihan, ayat-ayat Allah pun berdatangan. Sehingga hati beliau semakin mantap dalam berdakwah.

2. Tantangan dan Mukjizat

Orang-orang musyrik tidak henti menyerang Rasulullah. Bahkan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang dakwah Sang Rasul mulia.

Pertanyaan-pertanyaan mereka segera Allah jawab dengan tegas, “Dan orang-orang kafir itu tidak datang kepadamu dengan membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan paling baik penjelasannya.” (Qs. Al-Furqan: 33)

Sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Abbas, “Apabila orang-orang musyrik memunculkan sesuatu persoalan, maka Allah langsung memberikan respon-Nya atas mereka.”

Turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur lebih efektif ketika ingin menantang kaum musyrik untuk membuat ayat serupa.

Bila Al-Quran diturunkan sekaligus, jelas sekali mereka tidak mampu menyamainya. Tetapi hanya satu ayat pun yang diturunkan oleh Allah ternyata mereka pun tidak dapat membuat ayat yang sama atau seruap dengannya.

3. Memudahkan Hafalan dan Pemahaman Al-Quran

Al-Quran yang mulia turun di tengah masyarakat yang tidak mampu membaca dan menulis. Masyarakat ini amat mengandalkan hafalan dan daya ingatnya.

Jelaslah bahwa turunnya Al-Quran secara bertahap sangan membantu mereka untuk menghafalnya. Sekaligus memberikan waktu bagi mereka untuk merenungi maknanya.

Bagi mereka, memahami lima ayat saja sudah teramat sulit. Bukan karena mereka bodoh. Tetapi sebab mereka tidak menjadikan Al-Quran sebagai pemuas intelektual semata.

Mereka sungguh-sungguh menjadikan Al-Quran sebagai rule of life, pedoman hidup. Apa yang mereka terima, segera mereka amalkan. Apa yang dilarang dilakukan, mereka tak segan meninggalkan.

Berbeda dengan kita yang sering membacanya, namun tak sedikit pun mengendap di hati.

4. Relevan dengan peristiwa dan pentahapan dalam penetapan hukum

Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama baru ini, jika Al-Quran tidak memberikan strategi jitu dalam merekonstruksi pikiran dan jiwa mereka.

Sebagaimana Al-Quran meletakkan dasar-dasar keimanan dan aqidah ketika agama ini pertama kali bersemi di Mekkah. Selama 13 tahun itu pula, Al-Quran mengajarkan akhlak mulia, pembersihan jiwa, dan kaidah-kaidah halal-haram.

Setelah Rasulullah dan para shahabat hijrah ke Madinah, kewajiban-kewajiban dan syariat Islam perlahan diturunkan. Seperti shalat, puasa, berjihad, hingga urusan tata negara.

Termasuk, ketika Islam melarang meminum khamr. Pada kala itu, khamr merupakan minuman sehari-hari masyarakat Arab. Sulit melarangnya jika dilakukan secara frontal, Sebab itu, ayat Al-Qur’an turun dalam tiga tahap ketika ingin melarang minuman ini. Mulai dari Qs. Al-Baqarah ayat 219, lalu diperketat lagi di Qs. An-Nisa ayat 43, hingga secara tegas melalui Qs. Al-Maidah ayat 90-91.

Al-Quran juga turun sesuai peristiwa yang terjadi di kalangan umat Islam. Sehingga para shahabat merasa terbantu untuk menemukan solusi dan permasalahan mereka dan dapat dengan mudah memahami kandungan dari setiap ayat.

5. Menegaskan bahwa Al-Quran diturunkan oleh Allah, bukan manusia

Al-Quran yang diturunkan secara berangsur-angsur ternyata memiliki rangkaian kalimat yang tersusun dengan cermat sekali. Makna antarayat pun saling bertaut. Gaya redaksi begitu teliti. Ayat dan surat saling terjalin bagaikan untaian mutiara indah yang belum ada bandingannya dalam perkataan manusia.

“Kalau sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatinya saling bertentangan di dalamnya.” (Qs. An-Nisa: 82)

Hadis-hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang merupakan puncak kefasihan sesudah Al-Quran, tidak mampu menandingi keindahan bahasa Al-Quran. Apalagi ucapan dan perkataan manusia biasa.

Allahu a’lam. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *