Buku mengenai Sirah Nabawiyah itu kini ada dalam beragam versi. Beda penerbit, bisa jadi beda pula penulisnya. Karena beda penulis, gaya penulisannya pun berbeda. Tak jarang, para pembaca bingung harus memilih mana Sirah Nabawiyah yang cocok bagi dirinya.
Padahal bisa jadi, ada versi penulisan yang hanya cocok bagi para akademisi, versi lain cocok bagi kalangan awam, serta ada yang ditulis untuk kader-kader dakwah.
Pada artikel kali ini akan ada 5 rekomendasi buku Sirah Nabawiyah serta penjelasan mengenai isi dan gaya kepenulisan para pengarangnya.
1. Ar-Rahiq Al-Makhtum karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury
Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury ini merupakan pemenang pertama lomba kepenulisan sejarah hidup Rasulullah Saw. yang diadakan oleh Rabithah Alam Al-Islami.
Buku ini sangat cocok bagi orang awam dan mereka yang pertama kali membaca kisah hidup Rasulullah Saw. Model penulisannya terbilang sangat sistematis, mulai dari kelahiran Rasulullah hingga beliau wafat. Bahkan di bab awal ada pembahasan mengenai sejarah bangsa Arab. Pada bagian akhirnya pun dilengkapi biografi singkat dari para istri beliau Saw.
Ar-Rahiq Al-Makhtum telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dan dicetak oleh beberapa penerbit, di antaranya Pustaka Al-Kautsar dan Ummul Qura’.
2. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam
Buku Sirah Nabawiyah versi Ibnu Hisyam merupakan salah satu buku sirah tertua.
Penulisannya cukup sistematis dan lengkap dengan hadits-hadits yang menjadi sandarannya.
Bagi orang awam, mungkin buku ini sedikit memusingkan. Karena Ibnu Hisyam menulis sejarah Rasulullah disertai riwayat-riwayat shahih yang menjelaskannya. Tapi bagi para akademisi, tentu hal tersebut tidak merepotkan. Sebab kehadiran riwayat-riwayat ini akan sangat membantu dalam menilai mana sejarah Rasulullah yang shahih dan mana yang telah ditambahi “bumbu penyedap”.
Kitab ini juga telah banyak diterjemahkan dan dicetak. Penerbit Darul Falah mencetaknya dalam dua jilid, sedangkan Akbarmedia menerbitkannya dalam satu jilid buku dengan ukuran yang lumayan tebal.
3. Fiqhus Sirah karya Dr. Sa’id Ramadhan Al-Buthy
Salah satu buku Sirah Nabawiyah terlaris di Indonesia ialah Fiqhus Sirah karya Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy ini.
Ulama asal Suriah tersebut mencoba menganalisis dan menemukan hikmah di balik perjalanan hidup Rasulullah Saw. Sangat cocok bagi Anda yang ingin merenungi serta memahami lebih dalam peri hidup Nabi Muhammad Saw. Buku ini tidak terlalu sistematis sebagaimana Ar-Rahiq Al-Makhtum. Penulis hanya memilih beberapa episode besar, lalu menjelaskan hikmah di balik episode tersebut.
Salah satu penerbit yang menerjemahkan dan menerbitkan buku ini ialah Rabbani Press.
4. Sirah Nabawiyah karya Musthafa As-Siba’i
Versi Sirah Nabawiyah ini hampir mirip dengan karya Syaikh Al-Buthy. Tetapi ukurannya lebih tipis.
Tidak cukup sistematis, tetapi mengambil beberapa episode besar lalu menghubungkannya dengan dakwah Islam. Sangat cocok bagi para aktivis Islam, aktivis dakwah kampus, dan mereka yang bergeliat di medan dakwah. Musthafa As-Siba’i mencoba mencari inspirasi mengenai strategi dakwah dari perjalanan hidup Rasulullah Saw.
Saat ini, bukunya telah diterjemahkan dan dicetak oleh setidaknya dua penerbit. Pertama, oleh Era Intermedia dan kedua oleh Pro-U Media dengan judul Muhammad Masih Hidup.
5. Sirah Nabawiyah karya Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
Terakhir, ialah Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh seorang pakar sejarah ternama. Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Syaikh Ash-Shalabi ini seperti menghimpun isi Ar-Rahiq Al-Makhtum dan Fiqhus Sirah karya Syaikh Al-Buthy.
Penyusunannya lumayan sistematis disertai hikmah tersembunyi di beberapa episode kehidupan Rasulullah Saw. Tidak heran, buku ini bisa mencapai dua jilid ketika diterjemahkan.
Penerbit yang mencetak terjemahan buku ini antara lain Beirut Publishing dan Pustaka Al-Kautsar.
Demikianlah 5 rekomendasi buku Sirah Nabawiyah terbaik yang dapat Anda miliki melalui arslanesia.com atau menghubungi whatsapp kami di 0812 9968 4355 (Admin Hary).
Selamat membaca dan selamat menghidupkan kembali tradisi para ‘ulama kita.