Dakwah Fardiyah atau dakwah secara personal merupakan salah satu metode dakwah yang sangat efektif. Seorang dai dapat berkenalan lebih dekat dengan objek dakwah. Dengan begitu, pertemanan yang erat antara dai dan objek dakwah diharapkan memuluskan setiap langkah dakwah.
Selain itu, dai juga lebih mudah mengontrol perkembangan objek dakwah.
Berbeda dengan dakwah yang dilakukan secara masif. Dakwah fardiyah memungkinkan terjadi komunikasi dua arah. Dai tidak serta merta meinggalkan objek dakwah selepas dakwah disampaikan.
Berikut ini adalah 7 tahapan dakwah fardiyah yang pernah ditulis oleh Syaikh Musthafa Masyhur. Selamat mencoba!
1. Jalin Hubungan Baik
Binalah hubungan yang baik. Berusahalah mengenal lebih dalam setiap orang yang hendak didakwahi. Inilah langkah pertama yang harus dilakukan sebelum beralih ke langkah selanjutnya.
Upaya ini berguna untuk menarik simpati objek dakwah agar hatinya lebih terbuka. Sehingga ia siap menerima apa pun yang kita katakan.
Pembinaan hubungan mesti dilakukan secara intens. Sampai objek dakwah merasa nyaman dengan orang yang mengajaknya berbicara.
2. Bangkitkan Iman
Membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwa. Pembicaraan hendaklah tidak langsung diarahkan pada masalah iman, namun sebaiknya berjalan secara alami. Seolah-olah tidak disengaja.
Manfaatkan momen tertentu untuk memulai mengajaknya berbicara tentang persoalan keimanan. Melalui pembicaraan yang alami, persoalan yang dipaparkan akan mudah mendapatkan sambutan.
Setelah itu, dai menindak-lanjuti dengan meningkatkan gairah keimanannya. Misal, dengan mengajaknya shalat berjamaah atau tilawah Al-Quran. Dari situlah muncul perhatian yang besar terhadap masalah-masalah keislaman dan keimanan.
3. Kenalkan Ibadah
Membantu memperbaiki keadaan dirinya dengan mengenalkan perkara-perkara yang bernuansa ketaatan kepada Allah dan bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan
Pada tahap ini perlu pula dibekali dengan bahan-bahan bacaan dari referensi yang sederhana, seperti Dasar-dasar Islam, Prinsip-prinsip Islam (Abul ‘Alaa Al Maududi) dan lain-lainnya.
Di samping itu, perlu diperkenalkan pula dengan lingkungan yang baik dan komunitas masyarakat yang shalih. Agar dapat menjaga nilai-nilai yang telah tertanam dan meneladani kehidupan orang shalih. Mutaba’ah dan pemantauan dalam tahap ini memerlukan kesabaran yang tinggi sehingga dapat membimbing perjalanannya di atas jalan dakwah dan terhindar dari faktor-faktor yang buruk.
4. Ibadah yang Lebih Luas
Selanjutnya, seorang dai dapat menjelaskan tentang pengertian ibadah secara syamil agar memiliki kepahaman yang sahih tentang ibadah disertai niat yang benar dan berdasarkan syara’.
Sampaikan pemahaman yang tidak sempit terhadap ibadah. Ibadah bukan sebatas rukun Islam yang empat saja (shalat, puasa zakat dan haji). Akan tetapi jelaskan pengertian ibadah yang luas. Sehingga ia memahami bahwa setiap ketundukan seorang hamba pada-Nya dengan mengikuti aturan yang telah digariskan akan bernilai ibadah.
5. Ajak Berdakwah
Menjelaskan kepada objek dakwah bahwa kesalihan sendiri tidaklah cukup.
Kita tidak cuma dituntut sebagai seorang muslim yang taat menjalankan kewajiban ritual, berperilaku baik dan tidak menyakiti orang lain, lalu selain itu tidak ada lagi.
Keberadaan kita mesti mengikatkan diri dengan keberadaan muslim lainnya dengan berbagai macam problematikanya. Pada tahap ini pembicaraan diarahkan untuk menyadarkan bahwa persoalan Islam bukan urusan perorangan. Melainkan urusan tanggung jawab setiap muslim terhadap agamanya.
Perbincangan ini dilakukan agar mampu mendorongnya untuk berpikir secara serius tentang bagaimana caranya menunaikan tanggung jawab itu serta menjalankan segala tuntutan-tuntutannya.
6. Amal Jama’i
Menjelaskan kewajiban untuk mengemban amanah umat dan permasalahannya. Kewajiban di atas tidak mungkin dapat ditunaikan secara individu. Masing-masing orang secara terpisah tidak akan mampu menegakkannya. Maka perlu sebuah jamaah yang memadukan potensi semua individu untuk memperkuat tugas memikul kewajiban berat tersebut. Di tahap ini objek dakwah disadarkan tentang pentingnya amal jama’i dalam menyelesaikan tugas besar ini.
7. Perlunya Jamaah
Menyadarkan padanya tentang kepentingan sebuah jamaah. Pembicaraan ini memang krusial dan rumit sehingga memerlukan hikmah dan kekuatan argumentasi yang meyakinkan.
Oleh karena itu, harus dijelaskan padanya bahwa bergabung dengan sebuah jamaah harus meneliti perjalanan jamaah tersebut. Jangan sampai terburu-buru untuk menentukan pilihan terhadap sebuah jamaah yang akan dijadikannya sebagai wahana merealisasikan dasar-dasar Islam.
Demikianlah langkah-langkah dalam melaksanakan dakwah fardiyah sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Musthafa Masyhur. Selamat mengamalkan, semoga Allah SWT memudahkan kita membimbing manusia ke jalan-Nya. Aamiin. []